Jakarta, Penggemar poni lempar ala Kangen Band sepertinya harus
berhati-hati. Beberapa ahli optometri mengatakan, model rambut dengan
poni yang menutupi sebelah mata bisa memicu sindrom mata malas serta
cedera leher. Separah itukah risikonya?
Seorang optometris atau dokter mata di Australia, Dr Andrew Hogan
menyampaikan peringatan tersebut dalam sebuah artikel di Daily
Telegraph. Menurutnya, belahan rambut yang dibiarkan menutupi mata dan
separuh wajah adalah ancaman serius bagi kesehatan mata.
"Jika poni dibiarkan menutup sebelah mata sepanjang waktu, mata jadi
tidak terbiasa melihat banyak detail. Kalau terjadi sejak usia muda,
maka mata tersebut bisa mengalami amblyotic," kata Dr Hogan seperti
dikutip dari Daily Telegraph, Selasa (15/5/2012).
Amblyotic yang dimaksud Dr Hogan sering disebut juga dengan istilah lazy
eyes syndrome atau sindrom mata malas. Gangguan ini dipicu oleh
pertumbuhan saraf mata yang tidak sempurna, sehingga koordinasi gerak
dan penangkapan bayangan pada mata kanan dan kiri tidak seimbang.
Selain itu, risiko lain yang dihadapi para pemilik poni lempar adalah
cedera leher mengingat model poni seperti ini sering dikibas-kibaskan
kalau mulai terasa gatal di wajah. Saat mengibaskan atau melempar poni
tersebut, leher mengalami beban berlebih dan bisa mengalami cedera.
Namun tidak semua ahli sependapat bahwa poni lempar menyimpan risiko
sebesar itu bagi kesehatan. Meski dasarnya cukup masuk akal,
kekhawatiran bahwa model rambut seperti itu sangat berbahaya dan harus
dilarang adalah kekhawatiran yang terlalu berlebihan.
"Risiko amblyotic baru ada jika seseorang memakai model rambut seperti
itu sejak sangat kecil dan salah satu matanya terhalang selama 24
jam/hari dan 7 hari/minggu," kata Dr Leonard Press, seorang dokter mata
dari American Optometric Association.
Namun Dr Press membenarkan bahwa mata yang selalu terhalang pandangannya
memang berisiko mengalami sindrom mata malas. Sindrom ini paling rentan
dialami pada usia di bawah 7 tahun, namun relatif jarang ada yang baru
mengalaminya di usia dewasa.
Soal risiko cedera leher, Dr Press tidak memberikan komentar. Namun
selama gerakan lehernya tidak terlalu menghentak, risiko cedera
tampaknya relatif kecil apalagi hingga kini belum ada data resmi yang
menunjukkan jumlah kasus patah tulang leher saat melempar poni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar